AtjehUpdate.com,- Tuan.. kata orang orang waktu itu terus berputar. Tapi saya lebih suka menyebutnya ia (baca:waktu) melintas.
Tuan… kata orang orang sifat waktu itu sangat terbatas. Mungkin ini disebut dalam teori relativitas.
Tuan… kata orang orang, waktu itu mengikat gerak. Mungkin ini juga yang disebut dengan elektrostatis.
Tuan… kata orang orang, jika hari ini anda berada diatas, maka sesegera mungkin lihatlah kebawah.
Tuan bukan Tu(h)an.
Tapi tuan, Tuhan, sudah bersumpah melalui waktu-Nya (qs. alashr) ; bahwa manusia itu, termasuk saya, tuan dan kita semua berada dalam kerugian. Kecuali mereka yang beriman dan beramal shaleh.
Kita ini manusia tuan. Mari tuan, kita saling mengingatkan akan sebuah keyakinan akan iman untuk beramal shaleh dan saling mengingatkan kebenaran dalam kesabaran.
Tuan sering berkata; “maaf saya tidak punya waktu”. Itu artinya tuan tidak bersyukur pada Tuhan. Padahal tuan masih diberi waktu. Tahukah tuan bahwa berapa banyak manusia yang terbaring di pusaranya meminta andaikan dia diberi waktu? Atau tahukah tuan berapa berarti waktu bagi penyintas yang mereka lalui? Tuan harus tahu itu.
Jika dalam pidato tuan berkata : “Penyebutan penghormatan itu tidaklah penting”, Tapi, itu tidak berlaku buat tamu dan para undangan.
Mohon itu disimpan saja tuan. Jangan muntahkan. Karena ucapan tuan akan menjadi sebuah ukuran bahwa hanya tuan yang pantas dihormati.
Dan jika tuan menilai bahwa ucapan penghormatan bukanlah bahagian penting untuk dilakukan, tapi mengapa ada sebuah tulisan nama dan jabatan pada sebuah undangan.
Tuan, kehadiran tamu hanya sebatas mendengarkan sebuah harapan baru, ide baru, demi dan untuk kemajuan negeri yang “tak bertuan” ini.
Tapi mengapa keluh kesah yang diucapkan. Apalagi sebuah “hinaan” yang terucap dari mulut tuan.
Sudahlah Tuan.. jangan melebihi Tuhan.
Mari tuan, kita belajar mengukur sesuatu itu tepat dan sesuai proporsinya.
Mari Tuan, kita cermati kembali ucapan Einsten bahwa mengukur objek (ruang) memerlukan tiga bilangan; panjang, lebar dan tinggi.
Tapi tuan, belakangan Einstein menyadari bahwa waktu adalah dimensi keempat yang menyempurnakan objektifitas sebuah ukuran.
Tapi sayang tuan, diakhir hayatnya sang waktulah yang menggilas Einstein karena ia terlalu men-tuhankan ilmu pengetahuan.
Tuan, tolong tanggalkan segera, jangan mengukur sahabat, teman dan sanak saudara dengan baju tuan yang putih nan gagah dipandang mata itu.
Lipatkan tangan, dagu mendongak tuan turunkan sebagai sikap tuan sudah menghargai kawan dan lawan.
Tuan, mari kita belajar keperkasaan sahabat Nabi : Sayyidina Ali Radiallahu Anh di medan pertempuran.
Ali lebih memilih menyarungkan kembali pedangnya ketimbang menghunusnya di leher lawan.
Itu karena, bahwa Ali tidak menikam lawan dalam keadaan posisi yang terlentang dan lemah tak berdaya.
Tuan..bagi saya, merebut baju putih nan gagah itu sangatlah mudah, seperti mudahnya kita membeli tiket kereta api : Medan-KNIA hanya seratus ribu rupiah.
Tapi kita bukan bicara itu tuan.
Tapi hari ini kita bicara waktu. Bicara kepercayaan dan tentunya kita bicara amanah.
Mari tuan, jangan kita terlalu meninggi dan memandang orang lain rendah. Bicara cita-cita dan harapan berarti kita bicara kebersamaan dan kesamaan.
Jabatan dan kedudukan tuan hanyalah sebatas symbol duniawi yang akan digilas sang waktu.
Akhirnya tuan, mari merenungkan kembali nasehat KH. Ahmad Hasyim Muzadi di hadapan Tuan Presiden, Tuan wakil presiden dan para menteri di istana negara ;
Kebersihan akan melahirkan kebesaran. Dan kebesaran yang tidak bertanggung jawab kelak akan balik memukul pada dirinya sendiri.(by.redaksi Atjeh Update)