AtjehUpdate.com,- Zina merupakan satu di antara dosa besar yang dibenci oleh Allah. Namun pada kenyataannya zina merupakan dosa yang sulit untuk dihindari. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kasus hamil di luar nikah dan lebih parahnya lagi hal tersebut dilakukan oleh sebagian besar remaja.
Oleh sebab itu, mari belajar dari kisah Ubaid bin Umar yang berhasil menghindari zina. Kisah ini termaktub di dalam kitab Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin karya Imam Ibn Qayyim al-Jauzy. Berikut kisah lengkapnya.
Abu al-Farraj menyebutkan bahwa terdapat wanita yang sangat cantik di kota Makkah. Wanita ini telah memiliki suami. Suatu waktu, ia berkaca di depan cermin sambil berkata kepada suaminya, “Apakah engkau tahu seseorang yang akan terpesona setelah melihat wajahku ini?”.
Suaminya menjawab, “Ya, aku tahu”.
“Siapa dia?”
“Ubaid bin Umar.”
“Izinkanlah aku untuk menggodanya.”
“Lakukanlah!”
Wanita itu lalu menemui Ubaid bin Umar sebagaimana orang yang hendak meminta fatwa. Mereka berdua duduk si salah satu sujud Masjidl Haram. Kemudian wanita itu membuka cadarnya untuk menunjukkan parasnya yang menggoda.
“Wahai hamba Allah, tutuplah kembali cadarmu”, kata Ubaid bin Umar.
Sang wanita menjawab, “Tapi aku suka menunjukkannya padamu”.
Ubaid bin Umar akhirnya berkata, “Baiklah, Aku akan mengajukan pertanyaan kepadamu. Jika engkau membenarkannya, maka aku bisa mempertimbangkan ucapanmu”.
Sang wanita menjawab, “Apapun pertanyaan yang engkau ajukan, aku pasti akan membenarkannya”.
Ubaid bin Umar lalu bertanya, “Seumpama Malaikat Izrail datang untuk mencabut nyawamu, apakah kau suka jika aku memenuhi keinginanmu?”
Sang wanita menjawab, “Tentu saja tidak”.
Ubaid bin Umar bertanya lagi, “Seumpama kau telah dimasukkan ke liang kubur lalu kau dibangkitkan untuk diberi pertanyaan, apakah kau suka jika aku memenuhi keinginanmu?”
Sang wanita kembali menjawab, “Tentu saja tidak.”
Ubaid bin Umar bertanya lagi, “Seumpama manusia diberi buku catatan amalnya dan kau tidak mengetahui kau akan menerimanya dengan tangan kanan atau kiri, apakah kau suka jika aku memenuhi keinginanmu?”
Sang wanita kembali menjawab, “Tentu saja tidak”.
Ubaid bin Umar bertanya lagi, “Seumpama kau hendak melewati Shirath dan kau tidak tahu kau akan selamat atau celaka, apakah kau suka jika aku memenuhi keinginanmu?”
Sang wanita kembali menjawab, “Tentu saja tidak”.
Ubaid bin Umar bertanya lagi, “Seumpama timbangan amal didatangkan di hadapanmu dan kau tidak tahu akan mendapatkan timbangan yang berat atau ringan, apakah kau suka jika aku memenuhi keinginanmu?”
Sang wanita kembali menjawab, “Tentu saja tidak”.
Ubaid bin Umar bertanya lagi, “Seumpama kau berada di hadapan Allah untuk diberikan pertanyaan, apakah kau suka jika aku memenuhi keinginanmu?”
Sang wanita kembali menjawab, “Tentu saja tidak”.
Ubaid bin Umar lalu menuturkan, “Bertakwalah kepada Allah, sebab Dia yang melimpahkan nikmat dan berbuat baik kepadamu”.
Akhirnya si wanita pulang dan bertemu dengan suaminya. Sang suami bertanya, “Apa saja yang telah engkau lakukan padanya?”
Sang wanita menjawab, “Engkau adalah pejuang dan kita adalah pejuang”.
Semenjak peristiwa itu, sang wanita berubah menjadi wanita ahli ibadah yang tekun mendirikan shalat, puasa, dan amal sholih lainnya. Suatu waktu suaminya berkata, “Ubaid bin Umar telah merusak istriku. Dulu setiap malam dia bagaikan pengantin baru, kini dia sudah seperti seorang Rahib wanita”.(tim)