AtjehUpdate.com, | Jakarta – Ribuan mahasiswa dari berbagai universitas turun ke jalan pada Senin, 17 Februari 2025, dalam aksi unjuk rasa bertajuk “Indonesia Gelap” di Bundaran Patung Arjuna Wijaya (Patung Kuda), Jakarta Pusat. Demonstrasi ini merupakan bentuk protes terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang dinilai merugikan rakyat. Aksi ini dipelopori oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia serta diikuti oleh mahasiswa dari berbagai universitas, termasuk Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA). Sejak pukul 14.45 WIB, massa aksi mulai memenuhi kawasan Patung Kuda dengan mengenakan almamater masing-masing.
Aksi “Indonesia Gelap” ini merupakan bentuk ketidakpuasan mahasiswa terhadap kebijakan pemerintah, khususnya Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025, yang memuat pemangkasan anggaran di sektor vital seperti pendidikan dan kesehatan. Kebijakan tersebut dinilai sebagai bentuk efisiensi yang tidak tepat sasaran dan justru membebani masyarakat. Dalam orasinya, perwakilan mahasiswa menyampaikan 13 poin tuntutan kepada pemerintah yang mencakup beberapa isu utama. Mereka menuntut pertama, penolakan terhadap pemangkasan anggaran pendidikan dan kesehatan yang berpotensi memperburuk akses layanan publik. Kedua, penolakan terhadap berbagai kebijakan ekonomi dan agraria yang tidak berpihak kepada petani dan buruh. Ketiga, desakan agar pemerintah lebih transparan dalam pengelolaan anggaran negara dan menghentikan pengeluaran seremonial yang tidak berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat. Keempat, penolakan terhadap kebijakan energi yang dinilai membebani masyarakat. Kelima, penolakan terhadap kebijakan ketenagakerjaan yang dianggap tidak memberikan perlindungan bagi buruh. Keenam, penolakan terhadap regulasi yang melemahkan demokrasi dan kebebasan berekspresi. Ketujuh, desakan untuk menindak tegas kasus korupsi di berbagai sektor pemerintahan. Kedelapan, tuntutan agar pemerintah tidak melakukan intervensi terhadap kebebasan akademik di perguruan tinggi. Kesembilan, tuntutan untuk menurunkan harga bahan pokok yang semakin membebani masyarakat. Kesepuluh, penolakan terhadap privatisasi layanan publik yang menyebabkan kenaikan biaya bagi masyarakat. Kesebelas, desakan untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik dan tenaga kesehatan. Keduabelas, penolakan terhadap kebijakan yang dianggap menghambat perkembangan ekonomi rakyat kecil. Ketigabelas, desakan agar pemerintah lebih serius dalam menangani permasalahan lingkungan hidup dan krisis iklim.
Massa aksi membawa berbagai spanduk dan poster dengan beragam slogan yang menunjukkan ketidakpercayaan terhadap kebijakan pemerintah. Selain melakukan orasi, mereka juga membakar ban bekas dan beberapa poster sebagai simbol perlawanan terhadap kebijakan yang mereka anggap tidak adil. Gelombang protes ini tidak hanya terjadi di Jakarta. Di Bandung, mahasiswa juga menggelar aksi serupa di depan Gedung DPRD Jawa Barat, menuntut peningkatan anggaran pendidikan serta pembatalan pemangkasan anggaran yang dinilai merugikan masyarakat. Di kota lain seperti Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar, mahasiswa dari berbagai kampus juga melakukan aksi solidaritas dengan tuntutan yang serupa.